Inilah Jenis Kawat Gigi dan Keunggulannya

Kondisi gigi yang kurang teratur dan tidak rapi dapat membuat rasa confidence Anda berkurang. Bahkan untuk beberapa kasus, harus dilakukan tindakan pemasangan kawat oleh dokter ortodonti karena kondisi gigi yang cukup parah. 

Terdapat jenis kawat gigi yang bermacam-macam sesuai dengan keperluan Anda. Berikut beberapa jenis kawat gigi yang dapat menjadi bahan Anda pertimbangan sebelum merapikan gigi kesayangan Anda:

  1. Kawat Gigi Konvensional

Jenis kawat gigi ini sangat populer di kalangan masyarakat. Bahan dasar kawat gigi konvensional adalah metal. Kelebihan dari kawat gigi konvensional adalah terdapat varian warna beragam untuk bracket gigi, sehingga Anda dapat menyesuaikan warna sesuai selera Anda.

  1. Kawat Gigi Self-Ligating (Damon)

Kawat gigi ini memiliki kemiripan dengan jenis kawat gigi konvensional. Hanya saja terdapat klip khusus untuk mempertahankan letak kawat baja pada bracket gigi. Dan terdapat pilihan warna transparan atau keramik untuk Anda yang mungkin risi menggunakan bracket gigi yang berwarna.

  1. Kawat Gigi Keramik
kawat gigi

Jenis kawat ini sangat cocok bagi Anda yang tidak ingin tampak terlampau mencolok. Karena umumnya warna pada bracket gigi yang digunakan kawat gigi ini adalah senada dengan warna gigi atau transparan sehingga Anda terlihat seperti memakai kawat saja pada gigi Anda.

  1. Kawat Gigi Lingual

Kawat gigi lingual memiliki keunikan hanya dipasang di bagian belakang gigi sehingga Anda tampak seperti tidak menggunakan kawat gigi jika dilihat dari luar.

  1. Behel Transparan (Clean Aligner)

Jenis behel Clean Aligner menggunakan inovasi teranyar yaitu teknologi 3D. Bahan yang dipakai Clean Aligner adalah berwarna bening sehingga tidak akan terlihat mencolok. Anda dapat melepas behel ini saat sikat gigi, makan, atau sesuai keperluan Anda. Dan uniknya, perawatan aligner gigi membutuhkan lebih sedikit kunjungan ke dokter gigi dibandingkan jenis behel yang lain.Untuk penanganan yang lebih baik silakan menghubungi dokter spesialis ortodonti Anda agar behel yang Anda pilih benar-benar sesuai dengan kebutuhan Anda.

Lebih Baik Cabut Gigi atau Tambal Gigi?

Anda mengalami gigi berlubang? Tak perlu terlalu khawatir, tidak semua gigi berlubang harus dilakukan tindakan cabut gigi. Ada beberapa kondisi gigi berlubang yang masih dapat ditangani dengan tambal gigi. Berikut ini adalah ulasannya:

  1. Lubang Gigi di Bagian Email

Karies pada email gigi masih dapat dilakukan tambal gigi, karena lubang gigi hanya sebatas lapisan terluar gigi.

  1. Lubang Gigi di Bagian Dentin

Jika gigi Anda berlubang di bagian dentin yaitu lapisan di bawah email, maka masih dapat ditambal. Tetapi, jika kerusakan hampir mencapai bagian pulpa gigi, maka harus diobati lebih dahulu sebelum dilakukan tambal gigi.

  1. Lubang Gigi Telah Melukai Pulpa

Pada tahap ini, kerusakan gigi sudah mencapai saraf gigi. Sehingga treatment harus dilakukan di bagian saluran akar, untuk mengangkat jaringan pulpa yang telah terkena infeksi.

  1. Abses 

Jika sudah terdapat benjolan berisi nanah pada gigi, maka harus dilakukan perawatan pada saluran akar untuk mengatasi infeksi lebih dahulu, kemudian baru dilakukan tambal gigi.

Kondisi Gigi Berlubang yang Harus Dilakukan Cabut Gigi Berikut ulasan gigi berlubang yang wajib untuk dicabut :

  • Lubang Gigi Lebar dan Dalam

Apabila kerusakan gigi besar dan telah sampai dasar kamar pulpa bahkan ke bifurkasi (percabangan akar gigi), maka gigi harus dicabut karena infeksi telah menembus bagian bawah gigi.

tambal gigi
  • Gigi Berlubang Disertai Goyang

Jika gigi Anda mengalami kondisi ini, maka perlu dilakukan splinting agar gigi stabil terlebih dahulu sebelum tambal gigi. Karena gigi Anda akan tetap terasa sakit disebabkan goyangnya gigi.

  • Gigi Berlubang Tinggal Akar

Pada kondisi ini, agar tidak terjadi infeksi yang lebih parah perlu dilakukan cabut gigi.

  • Gigi Berlubang pada Geraham Bungsu yang Tumbuh Miring

Cabut gigi harus dilakukan pada kondisi ini untuk menghindari kerusakan gigi sekitarnya.

Setelah cabut gigi sebaiknya Anda segera menggantikannya dengan gigi palsu, supaya tidak menimbulkan sederet masalah baru pada rongga mulut dan gigi yang tentu saja akan sangat mengganggu Anda.

Abrasi Gigi: Penyebab dan Solusinya

Salah satu yang menjadi penyebab rusaknya jaringan keras pada gigi salah satunya yaitu abrasi gigi. Hal tersebut bisa dipicu karna adanya kontak berulang dari benda asing atau zat asing dengan permukaan gigi yang cukup sering. 

Selain itu hal tersebut juga dapat disebabkan oleh berbagai kebiasaan buruk seperti menggigit pensil, membuka tutup botol dengan gigi, serta mengunyah daun sirih. Tak banyak yang menyadari ternyata teknik menyikat gigi yang salah, penggunaan pasta gigi yang bersifat abrasif, penggunaan tusuk gigi dan juga penggunaan dental floss yang tidak benar bisa menjadi penyebab abrasi gigi.

Bahkan menggemeretakkan gigi  (penyakit bruxism)  yang dilakukan terus menerus turut memiliki andil besar dalam terjadinya abrasi gigi. Jika ingin melakukan penanganan, maka Anda perlu memperbaiki permukaan gigi yang rusak dengan penambalan atau pembuatan mahkota gigi. 

Hal tersebut akan disesuaikan dengan kondisi pada bagian permukaan gigi yang mengalami abrasi. Berikut ini ulasan yang lebih detail mengenai 2 cara penanganan abrasi gigi:

1. Penambalan Gigi

Untuk kondisi gigi yang terkena abrasi tetapi belum cukup parah bisa dilakukan penambalan gigi khususnya yang terletak di leher gigi. Resin yang memiliki warna serupa dengan gigi digunakan sebagai materi penambal gigi.

2. Pembuatan Crown (Mahkota Gigi) 

abrasi gigi

Saat hendak melakukan penanganan dengan pembuatan mahkota gigi maka Anda akan mendapatkan dua tahapan. Yaitu tahap pertama dokter akan melakukan pemeriksaan mendetail melalui rontgen gigi untuk memeriksa kondisi akar gigi dan tulang sekitar gigi yang akan dibuatkan mahkota, setelah itu Anda akan diberikan obat anestesi. 

Baca juga Tahukah Anda? Sikat Gigi Terlalu Sering Justru Buruk Lho!

Kemudian dokter akan membuat kerangka gigi dan melakukan pemasangan mahkota gigi sementara yang berguna untuk melindungi gigi Anda saat mahkota gigi permanen tengah dibuat oleh dokter. Pada pertemuan selanjutnya tahap kedua baru dilakukan untuk mengganti mahkota sementara tadi dengan yang permanen.

Abrasi dapat dicegah dengan menghentikan kebiasaan buruk, menjaga kebersihan mulut dengan teknik yang tepat menggunakan benang gigi dan sikat gigi, memperhatikan gaya hidup dengan mengubah pola makan sehat seperti dengan mengonsumsi susu dan produk yoghurt (tanpa pemanis) yang memiliki efek perlindungan terhadap abrasi gigi karena kandungan kalsium dan fosfatnya.

Tips Menjaga Gigi Palsu Agar Awet Tahan Lama

Menggunakan gigi palsu pasti akan sangat membantu bagi sebagian orang dalam mengunyah makanan secara maksimal, oleh karna itu sangat penting dalam merawat gigi palsu agar bisa awet dan bertahan lebih lama. Dengan rutin membersihkan gigi setelah makan dan menyikat gigi menggunakan pembersih khusus dan sikat gigi berbulu lembut merupakan salah satu tips menjaga gigi palsu Anda.

Gigi palsu yang dilekatkan secara permanen menggunakan metode tertentu disebut dengan gigi palsu cekat. Contoh dari gigi palsu cekat yaitu dental bridge atau gigi tiruan jembatan dan implan gigi. Dari kedua jenis gigi palsu tersebut tidak bisa dilepas dan dipasang sendiri oleh pasien, sehingga memerlukan cara perawatan yang tentu saja berbeda dari gigi palsu lepasan. 

Pastikan Anda merawat gigi palsu Anda dengan benar, sebab  jika tidak dibersihkan dan maka gigi palsu akan mudah rusak, longgar, tidak nyaman saat digunakan, berubah warna, serta juga menimbulkan berbau. Kuman dan bakteri juga dapat menghinggapi gigi palsu Anda selayaknya gigi asli. 

tips menjaga gigi palsu

Terlebih jika banyak tumpukan kotoran yang terus dibiarkan, maka lama-kelamaan bukan hanya gigi palsu yang akan rusak, bahkan juga gigi asli, gusi, dan jaringan rongga mulut lain di sekitarnya akan dapat menimbulkan masalah kesehatan. Agar gigi tiruan yang cekat Anda dapat lebih awet, simaklah tips menjaga gigi palsu berikut ini:

• Rutin menyikat gigi menggunakan pasta gigi, pilihlah sikat yang berbulu lembut minimal sebanyak dua kali sehari, saat setelah sarapan dan sebelum tidur

• Menggunakan dental floss atau benang gigi dalam membersihkan sela antara gigi dan juga sela antara gigi dan gusi 

• Agar tidak mudah retak Anda harus menghindari makanan yang terlalu keras 

• Untuk mencegah perubahan warna gigi batasi konsumsi teh, kopi, ataupun minuman berwarna lainnya.

• Rutin memeriksakan kondisi gigi dan mulut ke dokter gigi minimal 2 kali dalam satu tahun atau setiap enam bulan sekali. 
Untuk berdiskusi lebih lanjut seputar cara merawat gigi palsu maupun masalah rongga mulut lainnya, bisa Anda konsultansikan langsung dengan dokter gigi di Smile Concept Clinic.

Inilah Alasan Ibu Hamil Disarankan Periksa ke Klinik Dokter Gigi

Perawatan gigi dan mulut yang lebih menyeluruh di klinik dokter gigi sangat dibutuhkan oleh ibu hamil, karena pada masa kehamilan merupakan masa rentan terjadinya gangguan pada kesehatan gigi dan mulut. Masih banyak yang belum mengetahui terdapat keterkaitan antara kehamilan dengan kesehatan gigi dan mulut. 

Hal tersebut karena adanya perubahan hormon yang terjadi pada masa kehamilan, ternyata bisa berpotensi menyebabkan beberapa permasalahan di sekitar rongga mulut. Salah satunya yang sangat sering menjadi keluhan saat hamil yaitu pregnancy gingivitis atau peradangan gusi.

Peningkatan kadar hormon estrogen dan progesteron dapat meningkatkan laju aliran darah ke gusi, hal tersebut dapat memicu gusi mengalami pembengkakan, sehingga menjadi sensitif, dan bereaksi berlebihan pada semua hal yang sifatnya dapat mengiritasi, selain itu juga dapat menimbulkan plak dan mengundang bakteri-bakteri di rongga mulut. 

Jika tidak ditangani dengan segera, maka gingivitis dapat berkembang menjadi penyakit periodontitis, yang lebih serius dari penyakit gusi bahkan juga bisa menyebabkan kerusakan pada struktur tulang rahang. Kondisi mual dan muntah yang juga kerap dialami oleh ibu hamil turut berkontribusi pada peluang terjadinya masalah gigi dan mulut. 

klinik dokter gigi

Karna pada saat muntah, Anda bisa mengeluarkan isi lambung yang terdiri dari makanan bercampur cairan asam dari lambung yang bersifat korosif jika sering terpapar cairan lambung dengan frekuensi tinggi pada gigi maka dapat mengikis enamel gigi serta juga menyebabkan gigi mudah berlubang. 

Dengan rusaknya enamel juga dapat meningkatkan risiko masuknya bakteri yang menjadi penyebab infeksi. Jangan pernah menunda pergi ke klinik dokter gigi selama masa kehamilan Anda karna ternyata dapat membawa dampak buruk bagi kesehatan janin. 

Baca juga 6 Kebiasaan Buruk yang Bisa Merusak Gigi Anda

Bahkan pada beberapa penelitian telah menunjukkan adanya hubungan antara masalah gigi dan mulut dengan tingkat kelahiran prematur serta berat badan lahir rendah. Hal tersebut pada umumnya disebabkan oleh infeksi yang terjadi di bagian gigi atau gusi, yang tidak segera ditangani dengan baik, sehingga berkembang menjadi infeksi kronis yang berakibat juga dapat memengaruhi kondisi janin. Idealnya, semua ibu hamil harus pergi ke klinik dokter gigi minimal sekali pada masa kehamilan walaupun tidak mengalami keluhan khusus terkait gigi dan gusi. Anda bisa melakukan kunjungan ke dokter gigi pada awal masa kehamilan, jangan lupa untuk menginformasikan kepada dokter bahwa Anda sedang mengandung supaya dokter gigi dapat memilih obat maupun tindakan yang aman untuk janin Anda.

Tahukah Anda? Sikat Gigi Terlalu Sering Justru Buruk Lho!

Ternyata sikat gigi terlalu sering justru tidak memberikan dampak positif bagi gigi Anda, karna jika disikat lebih dari dua kali gigi akan lebih mudah rusak. Hal tersebut disampaikan oleh Dokter Gigi Spesialis Konservasi Gigi, yaitu dokter Bambang Nursasongko. 

Lalu seberapa sering sebaiknya harus menyikat gigi, serta kapankah waktu terbaik untuk melakukannya? Berikut ini akan dibahas ulasannya secara lengkap.

Pastikan Anda jangan menyikat gigi langsung sesaat setelah makan, cukup bahaya karna sehabis makan, mulut masih bersifat asam. Jika gigi terkena asam, akan sama halnya seperti saat garam terkena air, akan mudah larut dan lama-lama hancur,” kata dr. Bambang.

Supaya tidak mudah larut, dr. Bambang menyarankan agar menunggu terlebih dahulu minimal selama setengah jam setelah sarapan, supaya ludah dapat menetralisir asam, setelah itu baru boleh disikat. Sebaiknya sekadar kumur-kumur saja setelah bangun tidur, tidak perlu langsung menyikat gigi. 

sikat gigi terlalu sering

Jangan khawatir akan menyebabkan bau mulut, karna bau tersebut sebenarnya hanya menimpa orang-orang dengan pola makan yang berantakan saja, sebab sebelumnya masih ada sisa makanan, atau bahkan ada karang gigi. Jika gigi Anda bersih, itu relatif dapat terhindar dari bau mulut dalam waktu satu hari.

Begitu juga setelah makan siang, gigi juga tidak perlu disikat, cukup dengan berkumur saja setengah jam setelah makan agar makanan yang disantap tidak menempel di gigi. Saat berkumur-kumur tak perlu malu, Anda bisa melakukannya di toilet karna dengan betul-betul berkumur agar sisa makanan dapat terlepas dari permukaan gigi. 

Setelah makan gigi Anda bagaikan mobil off-roader yang berjalan di lumpur, agar lumpur itu tidak mengeras harus dibilas atau disemprot dengan air yang cukup kuat. Ternyata cukup mudah bukan dalam membersihkan gigi sesaat setelah makan, tak banyak yang mengerti karna umumnya hanya dengan menyikat gigi saja untuk membersihkan sisa makanan. 

Tanpa harus sikat gigi terlalu sering, Anda akan dapat menjaga gigi menjadi lebih sehat dan lebih kuat karna terhindar dari kerusakan gigi yang disebabkan oleh gesekan sikat gigi.

Gigi Gingsul Sebaiknya Dicabut atau Dibiarkan Saja?

Gigi gingsul termasuk salah satu jenis maloklusi yang merupakan kondisi gigi tidak tumbuh di tempat yang benar dan tidak sejajar. Biasanya pada kasus ini, disebabkan oleh kondisi rahang yang kecil atau bisa juga ukuran gigi yang terlalu besar, sehingga menyebabkan gigi tidak bisa tumbuh di tempat yang seharusnya. 

Selain itu, gigi gingsul juga bisa terjadi jika tempat gigi tumbuh terlalu sempit, sehingga gigi itu akan tumbuh bergeser dari tempat yang seharusnya. Jika dilihat dari segi penampilan, pendapat mengenai gigi gingsul pasti akan tergantung pada selera masing-masing individu, tetapi secara medis gigi yang tidak tumbuh pada tempatnya sebaiknya segera ditangani. 

Karena jika dibiarkan akan dapat memicu berbagai masalah kesehatan gigi dan rongga mulut, seperti berikut ini: 

  1. Menyebabkan pertumbuhan gigi menjadi terhambat atau bahkan gigi impaksi yang merupakan gigi tidak tumbuh sama sekali. 
  2. Muncul ketidaknyamanan saat mengunyah atau menggigit makanan sehingga sangat mengganggu aktivitas makan Anda. 
  3. Saat proses mengunyah dapat menyebabkan gusi menjadi cedera. 
  4. Karena posisi gigi sulit dibersihkan dapat mengakibatkan kerusakan gigi
  5. Gigi tidak berfungsi dengan baik 


Beberapa keluhan di atas yang disebabkan oleh gigi gingsul dapat ditangani dengan  beberapa cara, salah satunya dengan memakai behel atau kawat gigi. Yang dapat memperbaiki atau merapikan posisi gigi ginsul Anda, penggunaan behel ini bisa dilakukan dengan atau tanpa mencabut gigi ginsul terlebih dahulu. 

gigi gingsul

Agar mendapatkan ruang untuk gigi gingsul yang cukup pada rongga mulut maka pencabutan gigi  sebelum pemasangan behel akan dilakukan. Sehingga nantinya gigi gingsul tersebut akan dapat kembali ke posisi yang seharusnya setelah behel digunakan. 

Tenang saja Anda akan diberikan obat bius lokal terlebih dahulu di area gigi yang akan dicabut, agar Anda tidak merasakan sakit saat pencabutan gigi dilakukan. Ketika area gigi yang dicabut sudah pulih maka pemasangan behel baru akan dilakukan, biasanya proses pemulihan  memerlukan waktu antara 7 sampai 14 hari. 

Keputusan dalam mempertahankan atau menyingkirkan gigi gingsul tergantung pada diri Anda sendiri. Jika gigi ginsul menyulitkan Anda ketika bicara dan makan, menimbulkan masalah di mulut, atau bahkan Anda merasa mengganggu penampilan, maka segeralah berkonsultasilah ke dokter gigi agar bisa mendapatkan penanganan yang tepat.

6 Kebiasaan Buruk yang Bisa Merusak Gigi Anda

Banyak hal yang bisa merusak gigi, antara lain karena paparan bakteri, kurangnya menjaga kebersihan rongga mulut, dan bisa juga trauma karena benturan. Selain beberapa faktor di atas, ada pula berbagai kebiasaan buruk  yang terus  dilakukan secara terus menerus sehingga bisa merusak gigi. 

Banyak orang yang masih tak menyadari bahwa kebiasaan buruk yang dilakukan bisa berimbas pada kesehatan gigi dan mulut. Apa saja kebiasaan buruk tersebut, mari simak ulasan berikut ini

1. Mengunyah Es Batu 

Tak disadari oleh banyak orang karena secara umum saat mengunyah es batu tampak sebagai kebiasaan yang aman-aman saja, padahal ternyata kebiasaan ini bisa merusak enamel gigi. Kerusakan inilah yang akan bisa berkembang makin besar dan lebar sehingga bisa menyebabkan lubang gigi.

merusak gigi

2. Menggertakkan Gigi

Menggertakkan gigi akibat dari stres dan anxiety merupakan kebiasaan yang harus segera dihentikan, karena kebiasaan ini juga bisa merusak gigi. Ketika Anda menggertakkan gigi, akan memberikan tekanan antar gigi atas dan gigi bawah yang bisa merusak enamel sehingga akan memicu  retakan pada gigi. Selain itu, tekanan tersebut juga bisa membuat gigi Anda menjadi tumbuh tak rata dan bahkan juga bisa menyebabkan adanya gangguan pada persendian rahang.

3. Terlalu Sering Menghisap Permen Pelega Tenggorokan

Meskipun dengan mengonsumsi permen pelega tenggorokan akqn cukup  membantu mengobati gangguan pada saluran pernapasan. Tapi ternyata jika Anda terlalu sering mengonsumsinya, gigi bisa terancam mudah membusuk karena memicu dalam mengundang bakteri untuk datang. 

4. Terlalu Sering Mengonsumsi Soda  

Gabungan komposisi dari  gula dan asam yang terlalu banyak yang terdapat pada soda merupakan paduan senyawa yang bisa merusak gigi Anda bahkan dalam sekejap. Karena bisa membuat enamel mudah rusak dan memicu pembusukan gigi, serta juga bisa membuat gigi Anda menjadi lebih sensitif. 

5. Membuka Bungkus Makanan dengan Menggunakan Gigi 

Kebiasaan menyobek plastik pada kemasan makanan menggunakan gigi adalah ide yang buruk. Tanpa Anda sadari ternyata tekanan kuat ketika Anda menarik plastik akan membuat gigi mudah retak atau lepas.  

Baca juga Awas! Inilah Penyebab Utama Lubang Pada Gigi

6. Merokok

Efek yang dari tembakau pada rokok akan mengeringkan gigi dan menumpuk plak pada lapisan gigi. Selain itu jangka panjangnya, warna gigi bisa berubah menjadi kekuning-kuningan. 

Jika Anda memiliki beberapa kebiasaan buruk di atas, segera hentikan dan cari solusi agar gigi tetap sehat dan tanpa harus merasakan berbagai dampaknya di usia tua kelak.

Kenali Fenomena Gigi Grinding yang Berpotensi Merusak

Bruxism atau gigi grinding merupakan kebiasaan mengeretakan dan menggesekkan gigi yang dilakukan secara terus menerus tetapi tidak sadar saat melakukannya. Kebiasaan ini bisa dialami oleh siapa saja, mulai dari anak-anak hingga dewasa, tapi jika kebiasaan ini tidak segera ditangani, maka penderita gigi grinding berpotensi bisa mengalami kerusakan berat pada giginya.

Pada banyak kasus, gigi grinding terjadi secara spontan ketika seseorang tengah berkonsentrasi, ketika merasa cemas, atau saat mengalami stres yang berlebihan. Meskipun gigi ginding tidak terjadi setiap saat, tetapi muncul saat seseorang sedang dalam kondisi tertentu, terlebih saat orang tersebut sedang merasa tertekan. 

Namun, sampai saat ini belum diketahui secara pasti hal-hal apa saja yang menjadi penyebab dari penderita gigi grinding. Ada beberapa faktor baik dari fisik maupun psikologis yang bisa menjadi pemicu terjadinya gigi grinding, antara lain:

gigi grinding
  • Memiliki ciri kepribadian yang agresif, kompetitif, dan hiperaktif
  • Merasa cemas, stres, marah, frustrasi, serta tegang 
  • Memiliki gangguan tidur, contohnya sleep apnea atau sleep paralysis (ketindihan)
  • Memiliki anggota keluarga dengan bruxism 
  • Menderita penyakit tertentu, seperti penyakit Parkinson, demensia, penyakit asam lambung, dan epilepsi
  • Menjalani gaya hidup tidak sehat, seperti merokok, mengonsumsi minuman beralkohol, atau menggunakan narkoba 
  • Mengonsumsi obat-obatan phenothiazine, seperti chlorpromazine, dan beberapa jenis obat antidepresan.

Seseorang dengan bruxism memiliki kebiasaan untuk mengeretakan, menekan, atau menggesek giginya ke atas dan ke bawah, atau ke kanan dan ke kiri secara tidak sadar. Hal ini dapat memicu munculnya gejala lain, seperti: 

  • Gigi menjadi lebih sensitif 
  • Otot rahang menjadi tegang 
  • Permukaan atas gigi menjadi rata (tidak bergerigi)
  • Sakit kepala 
  • Sakit telinga


Gigi grinding juga dapat terjadi pada siang dan juga malam hari, tetapi lebih sering terjadi saat seseorang tengah tertidur (sleep bruxism). Hal ini akan dapat menyebabkan gangguan tidur pada penderita bruxism maupun pasangan tidurnya karena suara gemeretak gigi tersebut akan sangat terganggu. Selain itu, seseorang yang memiliki sleep bruxism umumnya juga memiliki kebiasaan lain yang berkaitan dengan gangguan tidur, seperti mendengkur atau henti nafas sejenak pada saat tidur (sleep apnea) yang juga cukup membahayakan tentunya.

3 Mitos dan Fakta Tentang Layanan Scalling Gigi

Scaling gigi merupakan prosedur  untuk membersihkan karang gigi yang menempel di sekitar gigi dan gusi pasien. Ternyata ada beberapa mitos tentang layanan scalling gigi yang banyak beredar di luar sana, sehingga masih ada yang enggan untuk melakukan perawatan gigi ini. Untuk itu, mari Anda simak info di bawah ini mengenai mitos dan fakta seputar layanan scalling gigi. 

Scaling Gigi Dapat Membuat Gigi Menjadi Renggang

Faktanya, karang gigi akan lebih cepat terbentuk di sela-sela gigi karena pada area ini sempit dan sehingga sering tak terjangkau oleh bulu sikat gigi, terlebih pada area gigi bawah depan. Terisinya area tersebut dengan karang gigi akan menimbulkan ilusi gigi jadi terasa rata jika diraba dengan lidah. Oleh karena itu, jika area tersebut dibersihkan dengan scaling gigi, otomatis akan menimbulkan area yang terlihat  kosong. 

Scaling Gigi Membuat Gigi Terkikis

Faktanya, alat yang digunakan untuk membersihkan karang gigi bekerja menggunakan getaran ultrasonic, sehingga tidak akan mengikis jaringan gigi yang sehat. Alat scaling gigi digunakan di atas permukaan karang gigi saja jadi akan sangat membantu melepaskan karang gigi yang melekat di gigi maupun gusi Anda.

layanan scalling gigi

Scaling Gigi Dapat Membuat Gigi Goyang

Faktanya, saat karang gigi sudah menumpuk dalam jangka waktu yang panjang dan tidak pernah dilakukan pembersihan, maka karang gigi akan mendorong gusi menjauh dari mahkota gigi atau semakin “turun”. Pada kondisi inilah yang mengakibatkan melemahkan dukungan gigi dari gusi ataupun tulang yang menyokong gigi. 

Tidak jarang ditemukan kasus dimana jaringan pendukung gigi sudah menyusut karena karang gigi yang sudah sangat menumpuk, sehingga karang gigi tersebut menjadi penyangga gigi – gigi di tempatnya. 

Jadi saat karang gigi telah dibersihkan, gigi akan terasa goyang karena penyangganya hilang dan jaringan pendukung gigi akan membutuhkan waktu untuk pemulihan. Anda jangan khawatir lagi karna prosedur scaling gigi justru memberikan kesempatan untuk gusi sembuh dan mengembalikan fungsinya kembali sebagai pendukung gigi.

Baca juga Inilah 4 Penyebab Karang Gigi Menumpuk!

Itulah beberapa mitos mengenai karang gigi yang tersebar di khalayak umum. Semoga Anda tidak salah sangka, karna scaling gigi itu tidak menakutkan  terlebih lagi jika dilakukan oleh dokter gigi berpengalaman.